Hidup ini tak lebih hanyalah terdiri daripada kumpulan waktu. Hitung-hitungannya, 1 tahun 12 bulan, 1 bulan 30 hari, 1 hari 24 jam, 1 jam 60 minit dan 1 minit 60 saat.
Indahnya dalam agama kita, dalam sehari-hari di dunia Allah mewajibkan kita solat selama 5 kali sehari. Setiap hari kita bertemu dengan Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’. Begitu sempurnanya. Allah tahu kita letih sehingga memberikan waktu-waktu senggang untuk bernafas, rehat daripada kepenatan dunia dan yang terpenting juga, manusia sering lupa dengan pencipta-Nya, sehingga memang harus diingatkan sentiasa.
Suatu ketika Rasulullah S.A.W. meminta bilal untuk mengumandangkan azan, uniknya kata yang digunakan adalah ar rahah atau boleh diertikan rehat. Arihna bisholah ya bilal, rehatkan kita dengan azan sholat, itu makna lengkapnya.
Ada satu point yang ingin saya tuliskan dalam coretan ini iaitu tanpa disadari, ternyata kontrak kita di dunia makin hari makin berkurang. Angka nominal hitungan hari kita hidup di dunia bisa jadi tesisa beberapa ratus hari lagi. Waktu terus berganti. Setiap pagi kita selalu disapa matahari, malam hari kita bertemu bulan dan bintang, semua silih berganti tanpa kita sedari.
Mungkin kalau bulan dan matahari itu mampu untuk berbicara, ia akan mengingatkan penduduk bumi ini kalau dirinya telah menjadi saksi sejarah dari zaman nabi Adam dulu di awal kali dirinya menginjakkan kaki di bumi. Tentu mereka merakam bagaimana perjalanan anak-anak manusia dari masa ke masa. Tapi sayang bulan tidak mampu berbicara, kalau bulan mampu, pasti dia tak akan bohong.
Potret yang sama kini juga tengah kita alami. Kehidupan kita akan menjadi sejarah saja nantinya, ketika kematian menjemput dan setiap kita sudah tercatat sebagai makhluk yang pernah mendiami bumi. Saya sering mengambil pelajaran daripada Firaun yang sejarah hitamnya banyak diabadikan dalam Al Quran. Firaun yang usianya tak seberapa, hingga detik ini berada di alam kubur sambil menanti sangkakala akhir ditiupkan. Taruhlah usia Firaun 400 tahun, dari masa kematiannya hingga kini hitung-hitunagannya bisa jadi puluhan abad. Artinya, penantiannya di dalam kematian, jauh lebih lama dari masa hidupnya di dunia.
Umat nabi Muhammad pun demikan, rata-rata usia kita umumnya jika diberi kekuatan berkisar 60-65 tahun. Dan tidak menutup kemungkinan kiamat masih terjadi puluhan atau ratusan abad lagi dan kita hanya menantinya di balik kain kafan kita, itu pun kalau masih utuh. Tepat apabila hidup di dunia hanya disebut sebagai persinggahan, kerana memang jatah usia kita tak seberapa dibanding masa sesudah kematian.
Indahnya dalam agama kita, dalam sehari-hari di dunia Allah mewajibkan kita solat selama 5 kali sehari. Setiap hari kita bertemu dengan Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’. Begitu sempurnanya. Allah tahu kita letih sehingga memberikan waktu-waktu senggang untuk bernafas, rehat daripada kepenatan dunia dan yang terpenting juga, manusia sering lupa dengan pencipta-Nya, sehingga memang harus diingatkan sentiasa.
Suatu ketika Rasulullah S.A.W. meminta bilal untuk mengumandangkan azan, uniknya kata yang digunakan adalah ar rahah atau boleh diertikan rehat. Arihna bisholah ya bilal, rehatkan kita dengan azan sholat, itu makna lengkapnya.
Ada satu point yang ingin saya tuliskan dalam coretan ini iaitu tanpa disadari, ternyata kontrak kita di dunia makin hari makin berkurang. Angka nominal hitungan hari kita hidup di dunia bisa jadi tesisa beberapa ratus hari lagi. Waktu terus berganti. Setiap pagi kita selalu disapa matahari, malam hari kita bertemu bulan dan bintang, semua silih berganti tanpa kita sedari.
Mungkin kalau bulan dan matahari itu mampu untuk berbicara, ia akan mengingatkan penduduk bumi ini kalau dirinya telah menjadi saksi sejarah dari zaman nabi Adam dulu di awal kali dirinya menginjakkan kaki di bumi. Tentu mereka merakam bagaimana perjalanan anak-anak manusia dari masa ke masa. Tapi sayang bulan tidak mampu berbicara, kalau bulan mampu, pasti dia tak akan bohong.
Potret yang sama kini juga tengah kita alami. Kehidupan kita akan menjadi sejarah saja nantinya, ketika kematian menjemput dan setiap kita sudah tercatat sebagai makhluk yang pernah mendiami bumi. Saya sering mengambil pelajaran daripada Firaun yang sejarah hitamnya banyak diabadikan dalam Al Quran. Firaun yang usianya tak seberapa, hingga detik ini berada di alam kubur sambil menanti sangkakala akhir ditiupkan. Taruhlah usia Firaun 400 tahun, dari masa kematiannya hingga kini hitung-hitunagannya bisa jadi puluhan abad. Artinya, penantiannya di dalam kematian, jauh lebih lama dari masa hidupnya di dunia.
Umat nabi Muhammad pun demikan, rata-rata usia kita umumnya jika diberi kekuatan berkisar 60-65 tahun. Dan tidak menutup kemungkinan kiamat masih terjadi puluhan atau ratusan abad lagi dan kita hanya menantinya di balik kain kafan kita, itu pun kalau masih utuh. Tepat apabila hidup di dunia hanya disebut sebagai persinggahan, kerana memang jatah usia kita tak seberapa dibanding masa sesudah kematian.
Jadi, usia kita memang tak seberapa lama lagi, walau pun begitu, nikmati saja sisa hidup ini dengan senyuman, tentunya dengan menyiapkan bekal berupa amal kebajikan, agar senyum kita pun tak terhenti dalam menikmati dunia ini saja, namun juga berlanjut dengan senyum kepuasan, karena jerih payah di dunia dapat kita nikmati hasil di akhirat kelak insya’allah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan